=)

Benvenuto Nel Mio Blog...
Mari berbagi ilmu, informasi, dan segala sesuatu yang bermanfaat tentunya.. =)

Kamis, 08 November 2012

Sekilas Mengenai Diabetes Mellitus


A.    DIABETES MELITUS

1.      Definisi
DM merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dfalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer,2001; 1220). Diabetes melitus merupakan sindrom homeostatis gangguan energi yang disebabkan oleh defisiensi insulin atau oleh defisiensi kerjanya dan mengakibatkan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak tidak normal. Kelainan ini merupakan gangguan metabolik-endokrin masa anak dan remaja yang paling lazim dengan konsekuensi penting pada perkembangan fisik dan emosi (Behrman, 2000). Diabetes terjadi bila satu dari dua kondisi ini terjadi, yaitu pankreas gagal memproduksi insulin atau tubuh kita tidak dapat menggunakan insulin yang telah diproduksinya (D’Adamo, 2006).
DM tipe I: diabetes melitus yang tergantung dengan insulin (Smeltzer,2001;1220)
DM tipe II: daibetes melitus yang tidak tergantung dengan insulin (Smeltzer,2001;1220)

2.      Manifestasi klinis
Menurut D’Adamo (2006), penderita diabetes melitus umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah ini meskipun tidak semua dialami oleh penderita :
a.    Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Poliuria)
b.    Rasa lapar atau haus yang berlebihan (Polidipsia)
c.    Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Poliphagia)
d.   Frekuensi urine meningkat/kencing terus (Glicosuria)
e.    Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
f.     Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan dan kaki
g.    Cepat lelah dan lemah setiap waktu
h.    Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
i.      Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
j.      Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.

3.      Etiologi
Penyebab diabetes mellitus sampai sekarang belum diketahui dengan pasti tetapi umumnya diketahui karena kekurangan insulin adalah penyebab utama dan faktor herediter memegang peranan penting.
a.       Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)
            Sering terjadi pada usia sebelum 30 tahun. Biasanya juga disebut Juvenille Diabetes, yang gangguan ini ditandai dengan adanya hiperglikemia (meningkatnya kadar gula darah). Faktor genetik dan lingkungan merupakan faktor pencetus IDDM. Oleh karena itu insiden lebih tinggi atau adanya infeksivirus (dari lingkungan) misalnya coxsackievirus B danstreptococcus sehingga pengaruh lingkungan dipercaya mempunyai peranan dalam terjadinya DM.    
            Virus atau mikroorganisme akan menyerang pulau-pulau langerhans pankreas, yang membuat kehilangan produksi insulin. Dapat pula akibat respon autoimmune, dimana antibody sendiri akan menyerang sel bata pankreas. Faktor herediter,juga dipercaya; memainkan peran munculnya penyakit ini (Brunner & Suddart, 2002)

b.      Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)
Virus dan kuman leukosit antigen tidak nampak memainkan peran terjadinya NIDDM. Faktor herediter memainkan peran yang sangat besar. Riset melaporkan bahwa obesitas salah satu faktor determinan terjadinya NIDDM sekitar 80% klien NIDDM adalah kegemukan. Overweight membutuhkan banyak insulin untuk metabolisme. Terjadinya hiperglikemia disaat pankreas tidak cukup menghasilkan insulin sesuai kebutuhan tubuh atau saat jumlah reseptor insulin menurun atau mengalami gangguan. Faktor resiko dapat dijumpai pada klien dengan riwayat keluarga menderita DM adalah resiko yang besar. 
4.      Penatalaksanaan
Penatalaksanaan diabetes melitus didasarkan pada rencana diet, laihan fisik dan pengaturan aktifitas fisik, agen-agen hipoglikemik, oral, terapi insulin, pengawasan glukosa dirumah, dan pengetahuan tentang diabetes dan perawatan diri. Diabetes adalah penyakit kronik dan pasien perlu menguasai pengobatan dan belajar dan bagaimana menyesuaikannya agar tercapai kontrol metabolik yang optimal. Pasien dengan diabetes tipe I adalah defisiensi      insulin dan selalu membutuhkan insulin. Pada pasien diabetes tipe 2 terdapat resistensi insulin dan defisiensi insulin relatif dan dapat ditangani tanpa insulin.  
              Rencana diet pada pasien diabetes dimaksudkan untuk mengatur jumlah kalori dan karbonhidrat yang dikonsumsi setiap hari. Jumlah kalori yang disarankan bervariasi, bergantung pada kebutuhan apakah untuk mempertahankan, menurunkan atau meningkatkan berat badan. Latihan fisik kelihatannya mempermudah transpor glukosa ke dalam sel-sel dan meningkaatkan kepekaan terhadap insulin. Pada individu sehat, pelepasan insulin menurun selama latihan fisik sehingga hipoglikemia dapat dihindarkan. Namun pasien yng mendapat suntikan insulin, tidak mampu untuk memakai cara ini, dan peningkatan ambilan glukosa selama latihan fisik dapat menimbulkan hipoglikemia. Faktor ini penting khususnya ketika pasien melakukan latihan fisik saat insulin telah mencapai kadar maksimal atau puncaknya. Dengan menyesuaikan waktu pasien dalam melakukan latihan fisik, pasien mungkin dapat menurunkan kadar glukosa hanya dengan latihan fisik. Sebaliknya bila pasien merasa perlu melakukan latihan fisik ketika kadar glukosa rendah, mereka mungkin harus dapat karbohidrat tambahan untuk mencegah hipoglikemia.
               Pasien-pasien dengan gejala DM tipe 2 dini dapat mempertahankan kadar glukosa darah normal hanya dengan menjalankan rencana diet dan latihan fisik saja. Tetapi, sebagai penyakit yaang progresif, obat-obatan oral hipoglikemik juga dianjurkan. Obat-obatan yang digunakan adalah pensensitif, insulin dan sulfonilurea. 2 tipe pensensitif yang tersedia adalah metformin dan tiazolidinedion. Metformin yang merupakan suatu biguanid, dapat diberikan sebagai terapi tunggal pertama dengan dosis 500-1700 mg/hari. Metformin tidak meningkatkan berat badan seperti insulin sehingga biasa digunakan khusus pada pasien dengan obesitas.. Tiazolidinedion meningkatkan kepekaan insulin perifer dan menurunkan produksi glukosa hepatik. Efek obat-obatan ini kelihatannya menjadi perantaraan proliferator peroksisom reseptor inti yang mengaktifkan reseptor gamma (PPAR-gamma).

5.      Pemeriksaan Diagnostik

a.    Glukosa Darah : Meningkat 200 – 100 mg/ dl atau lebih.
b.    Aseton plasma (keton) : Bertambah secara mencolok
c.    Asam lemak bebas : Lipid dan kolesterol meningkat
d.   Osmolalitas serum : Meningkat tapi < 330 mOsm/ L
e.    Elektrolit :
1)        Natrium  : normal, meningkat atau menurun
2)        Kalium   : normal atau meningkat semu, selanjutnya menurun
3)        Fosfor    : menurun
f.     Hemoglobin glikosilat : Meningkat 2-4
g.    Gas darah arteri : PH menurun, asam bikarbonat menurun ( asidosis metabolik dengan kompensasi alkalosis metabolik)
h.    Trombosit darah : Peningkatan Ht, leukositosis, hemokonsentrasi.
i.      Ureum/ kreatinin : Meningkat atau normal
j.      Amilase darah : Meningkat

Referensi
Smeltzer, S.C., & Bare, B.G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah : Brunner & Suddarth ( Ed. 8. Vol. 2) : EGC
Behrman, Richard E et al. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta ; EGC


Tidak ada komentar:

Posting Komentar