A.
DIABETES
MELITUS
1. Definisi
DM
merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa
dfalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer,2001; 1220). Diabetes melitus
merupakan sindrom homeostatis gangguan energi yang disebabkan oleh defisiensi
insulin atau oleh defisiensi kerjanya dan mengakibatkan metabolisme
karbohidrat, protein, dan lemak tidak normal. Kelainan ini merupakan gangguan
metabolik-endokrin masa anak dan remaja yang paling lazim dengan konsekuensi
penting pada perkembangan fisik dan emosi (Behrman, 2000). Diabetes terjadi
bila satu dari dua kondisi ini terjadi, yaitu pankreas gagal memproduksi
insulin atau tubuh kita tidak dapat menggunakan insulin yang telah
diproduksinya (D’Adamo, 2006).
DM tipe I:
diabetes melitus yang tergantung dengan insulin (Smeltzer,2001;1220)
DM tipe II:
daibetes melitus yang tidak tergantung dengan insulin (Smeltzer,2001;1220)
2.
Manifestasi
klinis
Menurut D’Adamo (2006), penderita diabetes melitus umumnya
menampakkan tanda dan gejala dibawah ini meskipun tidak semua dialami oleh
penderita :
a. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Poliuria)
b. Rasa lapar atau haus yang berlebihan (Polidipsia)
c. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Poliphagia)
d. Frekuensi urine meningkat/kencing terus (Glicosuria)
e. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
f. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan dan kaki
g. Cepat lelah dan lemah setiap waktu
h. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
i. Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
j. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.
3.
Etiologi
Penyebab diabetes mellitus sampai sekarang belum
diketahui dengan pasti tetapi umumnya diketahui karena kekurangan insulin adalah
penyebab utama dan faktor herediter memegang peranan penting.
a.
Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)
Sering terjadi
pada usia sebelum 30 tahun. Biasanya juga disebut Juvenille Diabetes, yang
gangguan ini ditandai dengan adanya hiperglikemia (meningkatnya kadar gula
darah). Faktor genetik dan lingkungan merupakan faktor pencetus IDDM. Oleh
karena itu insiden lebih tinggi atau adanya infeksivirus (dari lingkungan)
misalnya coxsackievirus B danstreptococcus sehingga pengaruh lingkungan
dipercaya mempunyai peranan dalam terjadinya DM.
Virus atau
mikroorganisme akan menyerang pulau-pulau langerhans pankreas, yang membuat
kehilangan produksi insulin. Dapat pula akibat respon autoimmune, dimana antibody
sendiri akan menyerang sel bata pankreas. Faktor herediter,juga dipercaya; memainkan
peran munculnya penyakit ini (Brunner & Suddart, 2002)
b.
Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)
Virus dan kuman leukosit antigen tidak nampak memainkan peran terjadinya
NIDDM. Faktor herediter memainkan peran yang sangat besar. Riset melaporkan
bahwa obesitas salah satu faktor determinan terjadinya NIDDM sekitar 80% klien NIDDM
adalah kegemukan. Overweight membutuhkan banyak insulin untuk metabolisme.
Terjadinya hiperglikemia disaat pankreas tidak cukup menghasilkan insulin sesuai kebutuhan tubuh
atau saat jumlah reseptor insulin menurun atau mengalami gangguan. Faktor
resiko dapat dijumpai pada klien dengan riwayat keluarga menderita DM adalah
resiko yang besar.
4. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
diabetes melitus didasarkan pada rencana diet,
laihan fisik dan pengaturan aktifitas
fisik, agen-agen hipoglikemik, oral, terapi insulin, pengawasan glukosa
dirumah, dan pengetahuan tentang diabetes dan perawatan diri. Diabetes
adalah penyakit kronik dan pasien perlu menguasai pengobatan dan belajar dan
bagaimana menyesuaikannya agar tercapai kontrol metabolik yang optimal. Pasien
dengan diabetes tipe I adalah defisiensi
insulin dan selalu membutuhkan insulin. Pada pasien diabetes tipe 2
terdapat resistensi insulin dan defisiensi insulin relatif dan dapat ditangani
tanpa insulin.
Rencana diet pada pasien diabetes
dimaksudkan untuk mengatur jumlah kalori dan karbonhidrat yang dikonsumsi
setiap hari. Jumlah kalori yang disarankan bervariasi, bergantung pada
kebutuhan apakah untuk mempertahankan, menurunkan atau meningkatkan berat
badan. Latihan fisik kelihatannya mempermudah transpor glukosa ke dalam sel-sel
dan meningkaatkan kepekaan terhadap insulin. Pada individu sehat, pelepasan
insulin menurun selama latihan fisik sehingga hipoglikemia dapat dihindarkan.
Namun pasien yng mendapat suntikan insulin, tidak mampu untuk memakai cara ini,
dan peningkatan ambilan glukosa selama latihan fisik dapat menimbulkan
hipoglikemia. Faktor ini penting khususnya ketika pasien melakukan latihan
fisik saat insulin telah mencapai kadar maksimal atau puncaknya. Dengan
menyesuaikan waktu pasien dalam melakukan latihan fisik, pasien mungkin dapat
menurunkan kadar glukosa hanya dengan latihan fisik. Sebaliknya bila pasien
merasa perlu melakukan latihan fisik ketika kadar glukosa rendah, mereka mungkin
harus dapat karbohidrat tambahan untuk mencegah hipoglikemia.
Pasien-pasien dengan gejala DM tipe 2
dini dapat mempertahankan kadar glukosa darah normal hanya dengan menjalankan
rencana diet dan latihan fisik saja. Tetapi, sebagai penyakit yaang progresif,
obat-obatan oral hipoglikemik juga dianjurkan. Obat-obatan yang digunakan
adalah pensensitif, insulin dan sulfonilurea. 2 tipe pensensitif yang tersedia
adalah metformin dan tiazolidinedion. Metformin yang merupakan suatu biguanid,
dapat diberikan sebagai terapi tunggal pertama dengan dosis 500-1700 mg/hari.
Metformin tidak meningkatkan berat badan seperti insulin sehingga biasa
digunakan khusus pada pasien dengan obesitas.. Tiazolidinedion meningkatkan
kepekaan insulin perifer dan menurunkan produksi glukosa hepatik. Efek
obat-obatan ini kelihatannya menjadi perantaraan proliferator peroksisom
reseptor inti yang mengaktifkan reseptor gamma (PPAR-gamma).
5.
Pemeriksaan
Diagnostik
a. Glukosa
Darah : Meningkat 200 – 100 mg/ dl atau lebih.
b. Aseton
plasma (keton) : Bertambah secara mencolok
c. Asam
lemak bebas : Lipid dan kolesterol meningkat
d. Osmolalitas
serum : Meningkat tapi < 330 mOsm/ L
e. Elektrolit
:
1)
Natrium : normal, meningkat atau menurun
2)
Kalium
: normal atau meningkat semu, selanjutnya menurun
3)
Fosfor
: menurun
f. Hemoglobin
glikosilat : Meningkat 2-4
g. Gas
darah arteri : PH menurun, asam bikarbonat menurun ( asidosis metabolik dengan
kompensasi alkalosis metabolik)
h. Trombosit
darah : Peningkatan Ht, leukositosis, hemokonsentrasi.
i. Ureum/
kreatinin : Meningkat atau normal
j.
Amilase darah : Meningkat
Referensi
Smeltzer, S.C.,
& Bare, B.G. (2002). Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah : Brunner & Suddarth ( Ed. 8. Vol. 2) : EGC
Behrman, Richard E et al. 2000. Ilmu
Kesehatan Anak Nelson. Jakarta ; EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar