=)

Benvenuto Nel Mio Blog...
Mari berbagi ilmu, informasi, dan segala sesuatu yang bermanfaat tentunya.. =)

Jumat, 09 November 2012

Mekanisme Penanganan Nyeri dengan Menggunakan Terapi Musik


A.      MEKANISME PENANGANAN NYERI DENGAN MENGGUNAKAN TERAPI MUSIK
Bermain musik adalah kegiatan yang penting disemua kebudayaan dan masyarakat, sebagai cara untuk mengekspresikan diri dan berkomunikasi. Hampir semua orang bisa merasakan dampak yang kuat dari musik. Musik bisa merangsang timbulnya perasaan gairah, damai, sedih ataupun gembira. Terapi musik terdiri dari kegiatan mencipta dan mengolah musik, menggunakan berbagai instrument dan suara manusia, sebagai cara untuk membantu seorang pasien mengkomunikasikan perasaan dan pemikiran mereka yang terdalam, maupun gejala-gejala yang lain.
Terapi musik bisa membantu penderita mengatasi berbagai keluhan dan gangguan, terutama gangguan intelektual dan kesulitan belajar. Namun, mereka yang memiliki gangguan atau cacat fisik juga bisa memperoleh manfaat, terutama mereka yang perlu meningkatkan kemampuan nafas, aqtau ingin meningkatkan rentang kemampuan geraknya sepertinpasien stroke yang menderita kelumpuhan. Sesinterapi musikn akan dipimpin oleh seorang terapi yang terlatih, yang memiliki kualifikasi dalam bidang musik. Layanan ini biasanya bisa diperoleh di rumah sakit yang besar. Banyak terapis musik yang mengajar di rumah-rumah ataupun disekolah umum, dan permintaan seperti ini jauh melebihi tenaga yang tersedia. Pendekatan yang dilakukan tergantung pada masalah pasien. Jika pasien adalah seorang anak yang intelektualnya mangalami gangguan dan sulit atau tidak bisa berbicara, biasanya terapis akan membangun relasi dengan menggunakan pelbagi instrument, suara-suara vocal yang dhasilkannya bersama  si pasien, dan pengalaman berbagi dalam menciptakan musik. Dengan pasien yang cacat fisik atau memiliki masalah psikologis atau kejiwaan, ia menggunakan pendekatan yang lain lagi.
Pada dasarnya, setiap orang akan bereaksi dalam satu dan lain cara, dengan mengamati pengalaman bermusik. Karena itu terapi musik biasanya membawa manfaat bagi setiap orang termasuk penderita stroke, walaupun sebelumnya tidak memiliki kemampuan, pengetahuan, ataupun pengalaman bermusik.
Mendengar musik tidak hanya meningkatkan intelegensi, namun juga membantu penyembuhan penyakit.
Dr. Raynond Bahr, pemimpin lembaga jantung di rumah sakit St. Agnes, Baltimore, amerika, mengemukakan bahwa setengah jam mendengar musik klasik memiliki efek psikis yang sama dengan minum 10 miligram valiu. Kedengarannya memang dramatis. Namuan yang penting adalah pengakuannya bahwa musik klasik bisa menenangkan kondisi psikis seseorang.
Di Edmonton, Canada, musik dari string quartet Mozart membuat prilaku pejalan kaki menjadi lebih tenang. Dan, sejak musik klasik depergunakan deberbagai rumah sakit ataupun diruang prakti didokter disana. Penggunaannya yang populer, antara lain adalah untuk membuat proses persalinan atau operasi.
Menurut Mc Caffrey musik dapat menciptakan suasana nyaman pada situasi yang tidak nyaman seperti nyeri post operasi. Mc Caffrey telah melakukan penelitian tentang terapi musik untuk penurunan nyeri pada osteoartritis, dia mendapatkan hasil bahwa pasien yang diberi terapi musik selama 20 menit merasakan nyerinya berkurang sebanyak 33% (Jerrad, 2004). Nilson, dkk (2003) menemukan bahwa terapi musik pada intra operasi dan post operasi dapat menurunkan nyeri. Mereka menyimpulkan bahwa musik mempunyai efek langsung jangka pendek dalam menurunkan nyeri.
Musik sebagai gelombang suara diterima dan dikumpulkan oleh daun telinga masuk ke dalam meatus akustikus eksternus hingga membrana timpani. Oleh membrana timpani bersama rantai osikule dengan aksi hidrolik dan mengungkit, energi bunyi diperbesar menjadi 25–30 kali (rata-rata 27 kali) untuk menggerakkan medium cair perilimf dan endolimf. Setelah itu getaran diteruskan hingga organ korti dalam kokhlea dimana getaran akan diubah dari sistem konduksi ke sistim saraf melalui nervus auditorius (N. VIII) sebagai impuls elektris. Impuls elektris musik masuk melalui serabut saraf dari ganglion spiralis Corti menuju ke nukleus koklearis dorsalis dan ventralis yang terletak pada bagian atas medulla. Pada titik ini semua sinap serabut dan neuron tingkat dua diteruskan terutama ke sisi yang berlawanan dari batang otak dan berakhir di nukleus olivarius superior.
Setelah melalui nukleus olivarius superior, penjalaran impuls pendengaran berlanjut ke atas melalui lemniskus lateralis kemudian berlanjut ke kolikulus inferior, tempat semua atau hampir semua serabut ini berakhir. Setelah itu impuls berjalan ke nukleus genikulata medial, tempat semua serabut bersinap, dan akhirnya berlanjut melalui radiasio auditorius ke korteks auditorius, yang terutama terletak pada girus superior lobus temporalis. Dari korteks auditorius yang terdapat pada korteks serebri area, jaras berlanjut ke sistem limbik, melalui cincin korteks serebral yang disebut korteks limbik. Korteks yang mengelilingi struktur subkortikal limbik ini berfungsi sebagai zona transisional yang dilewati sinyal yang dijalarkan dari sisi korteks ke dalam sistem limbik dan juga ke arah yang berlawanan.
Dari korteks limbik,  jaras pendengaran dilanjutkan ke hipokampus, tempat salah satu ujung hipokampus berbatasan dengan nuklei amigdaloid. Amigdala yang merupakan area perilaku kesadaran yang bekerja pada tingkat bawah sadar, menerima sinyal dari korteks limbik lalu menjalarkannya ke hipotalamus. Di hipotalamus yang merupakan pengaturan sebagian fungsi vegetatif dan fungsi endokrin tubuh seperti halnya banyak aspek perilaku emosional, jaras pendengaran diteruskan ke formatio retikularis sebagai penyalur impuls menuju serat saraf otonom. Serat saraf tersebut mempunyai dua sistem saraf yaitu sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis. Kedua sistem saraf ini mempengaruhi kontraksi dan relaksasi organ-organ.
Relaksasi dapat merangsang pusat rasa ganjaran sehingga timbul ketenangan. Sebagai ejektor dari rasa rileks dan ketenangan yang timbul, midbrain akan mengeluarkan gamma amino butyric acid (GABA), enkephalin, beta endorphin. Zat tersebut dapat menimbulkan efek analgesia yang akan mengeliminasi neurotransmitter rasa nyeri pada pusat persepsi dan interpretasi sensorik somatik otak.
Musik dapat merangsang otak menghasilkan gelombang alpha yang dapat memacu pelepasan β-endorphin dan serotonin yang memiliki peranan dalam sistem analgesia. β-endorphin memiliki afinitas tinggi terhadap reseptor opioid μ. Reseptor opioid berikatan dengan protein G, yaitu protein yang terdapat pada permukaan sitoplasmik membran plasma. Protein G diaktivasi oleh peningkatan cAMP (cyclic adenosine monophosphate), ion Ca2+ (kalsium), atau fosfoinositid. Ikatan antara reseptor opioid dengan protein G, khususnya protein Gi, menyebabkan penurunan enzim adenilat siklase, yaitu enzim yang mengubah ATP (adenosine triphosphate) menjadi cAMP, sehingga terjadi penurunan cAMP. Penurunan cAMP menyebabkan berkurangnya permeabilitas membran terhadap ion-ion.  Opioid, termasuk β-endorphin, memiliki efek langsung terhadap neuron, yaitu : (1) menutup gerbang Ca2+ pada ujung saraf presinaptik, sehingga influks Ca2+ berkurang, dengan demikian mengurangi pelepasan transmiter nyeri seperti glutamat, asetilkolin, norepinefrin, dan substansi P ; dan (2) menyebabkan hiperpolarisasi pada neuron, sehingga menghambat neuron postsinaptik dengan membuka gerbang ion K+ (kalium), menyebabkan influks K+. Reseptor μ, δ, dan κ mengurangi pelepasan transmiter dari ujung presinaps, sedangkan reseptor μ juga menyebabkan hiperpolarisasi pada ujung postsinaps.
Pada sebagian besar area SSP, serotonin memiliki aksi inhibisi yang kuat, terutama melalui reseptor 5-HT1. Ikatan antara reseptor 5-HT1 dengan protein Gi menyebabkan penurunan cAMP, selain itu terjadi hiperpolarisasi akibat peningkatan ion K+. Pelepasan serotonin pada permukaan terminal presinaptik sensorik juga menyebabkan neuron-neuron lokal medulla spinalis menyekresi enkephalin. Enkephalin dapat menimbulkan hambatan presinaptik dan postsinaptik pada serabut-serabut nyeri tipe C dan tipe Aδ di mana mereka bersinaps di cornu dorsalis medulla spinalis. Serabut ini mencapai inhibisi presinaptik dengan mengurangi konsentrasi Ca2+ intraseluler dalam membran ujung saraf. Penghambatan Ca2+ akan menghasilkan inhibisi presinaptik, karena ion Ca2+ lah yang menyebabkan pelepasan transmiter pada sinaps.
Terapi musik merupakan jenis terapi psikofisika. Artinya, berdampak langsung pada psikis maupun fisik, dua aspek yang tak terpisahkan satu sama lain. Sebab, badan dan jiwa merupakan satu kesatuan. Dan, musik sudah sejak lama dianggap sebagai perangkat misterius yang dapat menyeimbangkan kerjasama antara tubuh dan jiwa.
Dalam pelaksanaannyan, terapi psikofisika terbagi atas penekanan aktif dan pasif. Dengan pendekatan aktif, pasien yang mendapatkan terapi, secara aktif  berpartisipasi. Contohnya, saat diperdengarkan musik pasien ikut bernyanyi, bertepuk tangan, hingga mengikuti irama melalui gerak motorik seperti menari.
Dalam pendekatan pasif, pasien lebih banyak berperan sebagi pendengar. Walau sebenarnya, yang tampak pasif  hanya motoriknya saja. Sementara aktifitas mentalnya tetap berjalan aktif. Karena sebagai pendengar, pasien juga menciptakan imajinasi-imajinasi. Dalam pendekatan pasif ini, terapis adakalanya memberikan pencerahan untuk mengimajinasikan suatu hal tertentu (guided imagery), atau memberikan kebebasan pada pasien, untuk mengikuti alur imajinasinyan sendiri (freeflow imagery), atau memberikan kebebasan pada pasien, untuk mengikuti alur imajinasinyan sendiri (freeflow imagery).

Hidayati, Sri Nur. 2005. Terapi Alternatif dan Gaya Hidup Sehat. Pradipta Publishing: Yogyakarta


1 komentar:

  1. Lucky Club: Review and Sign-Up Bonus - Lucky Club Live
    Lucky Club Casino, the UK's number one online gambling site, brings you a large selection of games, from classics like slots to bingo, luckyclub.live

    BalasHapus